MENGELOLA PASCAPANEN TANAMAN PERKEBUNAN
A. Merencanakan pascapanen sesuai kebutuhan
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari kompetensi ini, Peserta mampu MerencanakanPascapanen sesuai standar .
b. Tujuan Khusus
1) Peserta mampu Merencanakan Pascapanen Tanaman Perkebunan Tahunan
2) Peserta mampu Merencanakan Pascapanen Tanaman Perkebunan Semusim
3) Peserta mampu MerencanakanPascapanen Tanaman Perkebunan Atsiri
4) Peserta mampu MerencanakanPascapanen Tanaman Penutup Tanah
2. IndikatorPencapaian Kompetensi
a. Mampu MerencanakanPascapanenTanaman Perkebunan Tahunan
b. Mampu MerencanakanPascapanen Tanaman Perkebunan Semusim
c. Mampu MerencanakanPascapanen Tanaman Perkebunan Atsiri
d. Mampu MerencanakanPascapanen Penutup Tanah
3. Uraian Materi
a. Merencanakan alokasi waktu panen
kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai suatu kegiatan penanganan produk hasil perkebunan, sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan baku atau produk akhir siap dikonsumsi, dimana didalamnya juga termasuk distribusi dan pemasarannya. Cakupan teknologi pascapanen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yaitu pertama: penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan/transformasiproduk hanya terjadi secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini. Kedua: penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu proses pengolahan. Contoh penanganan primer tanaman perkebunan (misalnya kakao atau coklat) adalah proses pengeringan dimana tujuan utamanya adalah menguapkan air sehingga diperoleh produk dengan kadar air kakao 6-7 % basis basah. Sedangkan dari sisi teknologinya, cara pengeringan kakao dapat dilakukan dengan penggabungan penjemuran (sun drying) dan pengeringan dengan mesin (artificial drying) untuk mendapatkan kadar air yang optimal dengan penampakan yang baik. Hasil akhir penanganan primer kakao adalah kakao kering dengan kadar air optimal dan warna coklat seragam dan mengkilat. Penanganan sekunder kakao adalah pengolahan lebih lanjut kakao kering menjadi produk yang lebih hilir. Pada proses ini biji kakao hasil pengolahan primer digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan massa kakao yang akhirnya menjadi produk olahan berupa bubuk coklat, minyak coklat, meyses dan permen coklat serta produk olahan lainnya
b. Masalah Penanganan Pascapanen Perkebunan
Secara umum, masalah penerapan teknologi maju dalam penanganan pascapanen hasil perkebunan masih banyak ditemui disekitar mata rantai pemasaran dan lebih banyak lagi ditemui pada tingkat daerah sentra produksi (farm). Di negara maju, penerapan teknologi pascapanen ini hampir secara penuh dapat diintrodusir mulai dari tingkat produksi, pada seluruh mata rantai hingga tingkat pemasaran/konsumen.
Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain: (i) kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri, (ii) kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pascapanen maupun informasi teknologi penanganan pascapanen itu sendiri, (iii) rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, misalnya tentang susut pascapanen sehingga berakibat kurangnya perhatian terhadap masalah mutu, (iv) belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat, (v) masih kecilnya margin yang diperoleh untuk menutupi biaya operasi penanganan pascapanen, dan (vi) keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Selain itu, ciri usaha perkebunan juga berpengaruh terhadap pemilihan teknologi pascapanen serta kesesuaian varietas tanaman perkebunan. Ciri-ciri usaha perkebunan adalah: (i) biasanya tanaman bersifat tahunan sehingga diperlukan waktu yang lama hingga berproduksi, sementara peralatan pascapanen tidak dioperasikan sehingga pada saat diperlukan sudah tidak optimal lagi, (ii) komoditas bersifat curah (bulk product) dan dalam kuantitas yang besar sehingga diperlukan disain alat bongkar-muat dang angkut yang besar dan kuat, (iii) produk berorientasi ekspor/pasar internasional sehingga akan berhadapan dengan sistem pasar bebas sehingga diperlukan kebijakan yang berpihak pada masyarakat perkebunan (petani), dan (iv) diperlukan tata ruang yang besar dan melibatkan petani/pekebun dalam jumlah besar, oleh karena itu kegiatan pascapanen dapat dilakukan sebagai usaha pedesaan.
c. Rencana kegiatan Panen
1) Menetapkan kriteria matang panen.
a) Tanaman Kelapa Sawit
Matang panen pada kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan
b) Karet
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 40 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 30 bila mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar
c) Kakao
Tanaman kakao mulai memproduksi buah pada berumur 2,5 – 3 tahun setelah tanam. Produksi buah kakao di tahun pertama cenderung sedikit dan akan terus meningkat seiring pertambahan umur.
Produktivitas optimal dicapai pada pada umur 7-11 tahun, sekitar 1,8 ton biji kakao kering per hektar per tahun. Produktivitas tersebut akan terus menurun hingga tanaman tua dan mati.
Buah kakao dihasilkan dari proses penyerbukan bunga jantan dan bunga betina yang tumbuh menempel pada semua bagian batang tanaman. Bunga-bunga yang tumbuh pada batang pokok umumnya akan menghasilkan buah yang besar dan berkualitas baik
Dari terjadinya proses penyerbukan hingga buah matang dan siap petik dibutuhkan waktu sekitar 5 – 6 bulan. Kakao matang yang siap petik harus memenuhi kriteria panen. Buah kakao yang memenuhi kriteria panen adalah buah yang sudah menunjukan tanda-tanda sebagai berikut:
Kulit buah sudah berubah warna secara sempurna, dari yang ketika mentah berwarna hijau menjadi kuning saat masak, atau dari yang ketika mentah berwarna merah menjadi jingga tua. Tangkai buah mulai mengering. Buah kakao mengeluarkan bunyi jika digoncangkan atau dikocok
2) Menentukan cara panen.
a) Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur< 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.
b) Karet
Tanaman karet akan siap disadap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman sudah menunjukkan kesanggupan untuk disadap. Tanaman karet telah sanggup disadap apabila sudah dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang dan umurnya.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5-6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai, tanaman belum siap disadap walaupun sudah berumur 6 tahun akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Tetapi sebaliknya, penyadapan dapat dilakukan kurang dari 5 tahun, karena kondisi lingkungan dan pemeliharaan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. Dengan demikian umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk pengukuran lilit batang.
Pengukuran lilit batang pohon karet cukup dilakukan dengan metode sampel. Untuk perkebunan seluas 15 hektar, tanaman yang diukur sebanyak 100 batang, yakni dari 10 baris diukur 10 batang/baris. Luas 17-32 hektar diukur 120 batang, yakni dari 12 baris diukur 10 batang/baris. Luas 33-65 hektar diukur 150 batang, yakni dari 15 baris diukur 10 batang/baris. Luas lebih dari 65 hektar diukur 200 batang, yakni 20 baris diukur 10 batang/baris.
Pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya (kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batangnya sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi.
c) Kakao
Buah kakao yang telah memenuhi kriteria siap panen harus segera dipetik agar mutu bijinya tidak turun. Jika panen ditunda, biji bisa berkecambah saat masih di dalam buah dan hal ini akan membuat kadar lemak biji turun secara drastis. Biji-biji yang demikian umumnya memiliki harga jual yang sangat rendah.
3) Menentukan rotasi panen
a) Tanaman Kelapa Sawit
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebuanan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen diangap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu menggunakan sistem 5/7. artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun.
b) Karet
Frekuensi penyadapan adalah selisih waktu penyadapan yang dinyatakan dalam satuan waktu hari (d = day), minggu (w = week), bulan (m = month), dan tahun (y =year). Kegiatan penyadapan yang dilakukan setiap hari dinyatakan dengan d/1, dua hari sekali dinyatakan dengan d/2, dan seterusnya. Untuk kegiatan penyadapan yang dilakukan secara berkala, lama penyadapan dinyatakan dengan pembilang dan lamanya putaran atau rotasi sampai kulit disadap kembali dinyatakan dengan penyebut. Misalnya, pohon karet yang disadap selarna tiga minggu dalam kurun waktu sembilan minggu atau dengan masa istirahat selama enam bulan dinyatakan dengan 3 w/9.
Hasil perkalian angka di dalam kurung selalu 1, sehingga tidak akanberpengaruh terhadap perhitungan intensitas sadapan yang dinyatakan dalam persen. Faktor yang menentukan intensitas sadapan adalah panjang irisan dan frekuensi penyadapan. Normalnya, intensitas sadapan adalah 100% yang dinyatakan dengan s/4, d/ 1, 100%. Artinya, penyadapan setiap hari pada 1/4 spiral pohon. Bisa juga s/2, d/2, 100% yang berarti penyadapan dua hari sekali pada 1/2 spiral.
Perhitungan intensitas sadap tersebut dilakukan melalui pengalian angka-angka pecahan pada rumus sadapan dengan 400%. Contohnya sebagai berikut.
· s/2, d/2, 100% yang berasal dari 1/2 x 1/2 x 400% : 100%.
· s/2, d/3, 67% yang berasal dari 1/2 x 1/3 x 400% : 67%.
· s/2, d/2, 9m/12, 75°/o yang berasal darix I/2 x 9/12 x 400% :75%.
· s/4, d/2, (2 x 2d/4), 50% yang berasal dari 1/4 x 1/2 x 2 x 2/4 x 400% : 50%.
Semakin tinggi persentase intensitas penyadapan, berarti semakin intensif kegiatan penyadapan yang dilakukan. Intensitas sebesar 400% disebut dengan penyadapan berat atau sadapan mati. Pada tahun-tahun pertama penyadapan, biasanya intensitasnya berkisar 67% dan akan mencapai 100% pada tahun ketiga.
c) Kakao
Panen buah kakao sebaiknya dilakukan sesering mungkin, minimal 7 – 10 hari sekali. Panen yang sering bermanfaat untuk memutus siklus hidup hama penggerek buah kakao dan mencegah penularan penyakit busuk buah kakao.
4) Menentukan sistem panen.
a) Tanaman Kelapa Sawit
Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap
· Sistem Giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanenan pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, dan begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan pemanenan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertingal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan
· Sistem tetap
Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkanpun tinggi. Namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik
b) Karet
Penyadapan rnerupakan saat yang ditunggu-turiggu oleh para petani karet karena dalam kegiatan inilah mereka menikmati jerih payah setelah bertahun-tahun membesarkan tanaman karet. Sebagai kegiatan yang berkesinambungan selama sekitar 30 tahun, penyadapan harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang benar. Tehnik penyadapan berkaitan dengan umur ekonomi tanaman, produktivitas, dan kualitas atau lateks yang dihasilkan.
Untuk membuka bidang sadap baru, perlu dilakukan persiapan buka sadap dengan langkah-langkah sebagai berikut:
· Penggambaran Bidang Sadap
Penggambaran bidang sadap dilakukan pada kebun yang sudah mencapai matang sadap kebun. Penggambaran bidang sadap hanya dilakukan pada tanaman yang sudah matang sadap pohon. Kriteria yang ditetapkan dalam penggambaran bidang sadap adalah tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut sebesar 37°dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah tegak lurus terhadap pembuluh lateks.
Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Kemiringan irisan sadap selain berpengaruh pada jumlah pembuluh lateks yang terpotong, juga berpengaruh pada aliran lateks ke arah mangkuk sadap. Sudut kemiringan jangan terlampau datar karena akan menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai ke mangkuk atau menyimpang dari alur aliran lateks sehingga tidak masuk ke mangkuk.
Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 30 - 400 terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 45o .Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman, kesinambungan produksi dalam jangka panjang, dan kesehatan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah 1/2 S (irisan miring sepanjang 1/2 spiral).
· Penentuanletak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapan cepat dan mudah dikontrol. Oleh karena itu, bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan pada arah Timur
- Barat (pada jarak antar tanaman yang pendek). Tahapan pelaksanaan penggambaran bidang sadap adalah sebagai berikut:
- Garis sandar depan dan belakang dibuat dengan membagi lingkar batang menjadi 2 bagian. Separuh lingkar batang diukur dengan arah Timur - Barat dan dibuat garis tegak dengan tangkai mal sadap.
- Mal sadap dipasang pada garis sandar depan, dan dibuat garis miring menurut mal sadap dengan pisau mal, dari garis sandar belakang sampai dengan garis sandar depan 1/2 S (irisan miring sepanjang setengah spiral).
- Penggambaran dilakukan setiap 6 bulan, untuk pengontrolan kemiringan dan konsumsi kulit
c) Kakao
Periode perkembangan buah kakao dari pembungaan sampai buah masak adalah sekitar 5-6 bulan. Periode perkernbangan tersebut di Nigeria antara 115-150 hari, dan lebih cepat pada musim kering, di Trinidad sampai 170 hari, dan di Papua Nugini tercatat antara 165-200 hari dengan rata-rata 182 hari atau 5 bulan. Periode perkembangan buah sangat bervariasi dan terkait dengan rata-rata suhu harian. Pada cuaca yang lebih dingin, buah kakao tumbuh lebih lambat daripada musim panas. Di Bahia, Brasil, buah yang tumbuh di musim panas (April—September) akan menjadi masak pada umur 140-175 hari sedangkan di wilayah yang dingin, buah masak pada umur 168-205 hari. Berikut adalah rumus periode kemasakan pada kasus varietas Catongo di Bahia.
Keterangan:
N = Periode kemasakan buah kakao (hari)
T = Suhu harian rata-rata
Perkembangan buah kakao biasanya masih lambat pada 40 hari pertama, kemudian menjadi sangat cepat sampai umur 75 hari. Setelah itu, pertumbuhan buah kakao menjadi lambat dan mulai terjadi pertumbuhan embrio. Selama terjadi pertumbuhan embrio, lemak terakumulasi pada biji yang sedang berkembang. Pembentukan gula pada pulp terjadi selama 30 - 40 hari sebelum buah kakao betul-betul masak.
Buah kakao hendaknya dipetik apabila sudah cukup rnasak, yakni ditandai dengan adanya perubahan warna kulit buah. Buah yang sewaktu belum masak berwarna hijau, pada waktu masak akan berubah warna menjadi kuning, sedangkan buah yang sewaktu belum masak berwarna merah, sewaktu masak akan berubah menjadi jingga
Buah kakao umumnya dapat dipanen hampir sepanjang tahun. Selama setahun, biasanya terdapat satu atau dua puncak panen dan yang terjadi 5-6 bulan setelah perubahan musim kemarau ke musim hujan dan musim hujan ke musim kemarau. Waktu panen tersebut terutama terjadi pada wilayah yang terdapat musim hujan dan musim kering. Pada beberapa negara, terdapat jenis kakao yang dapat dipanen sepanjang tahun. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh pada pembungaan, pembuahan, dan pemanenan. Meski demikian, pola pembungaan antar jenis kakao dipengaruhi secara tidak konsisten. Hal itu menyebabkan petani sulit untuk maramal waktu pemanenan, kendati iklimnya seragam.
Panen puncak merupakan pokok perhitungan untuk kapasitas fermentasi maupun pengeringan. Di perkebunan Jawa Timur, panen puncak dihitung sekitar 1% dari target panen tahunan. Jika target panen 1.000 ton biji kering/tahun, panen puncak adalah sekitar 10 ton biji kering/hari atau sekitar 30 ton biji basah/hari. Oleh karena itu, kebutuhan akan kotak fermentasi, sarana pengeringan, sortasi, karung, gudang, dan sarana lainnya lainnya tersedia dengan baik.
Pemetikan terhadap buah muda atau lewat masak hendaknya dihindari karena hanya akan menurunkan mutu biji keringnya, terutama meningkatnya jumlah biji gepeng dan biji berkecambah. Pemetikan buah dapat dilakukan menggunakan gunting, sabit, atau alat tajam lainnya, asalkan tidak sampai membuat buah atau bantalan buah rusak.
4. Aktivitas Pembelajaran
a. Penguasaan konsep
1) Anda akan melakukan kegiatan memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah.
2) Apa yang anda lakukan dalam memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah
3) Setelah memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah.
4) Prosedur apa yang harus diikuti dalam memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah.
5) Penggunaan alat dan bahan untuk mendokumentasikan untuk memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah.
b. Mengenal Fakta
1) Melakukanobservasi, peserta melakukan observasi ke lapangan, dalam kegiatan memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah, kegiatan dikoordinir oleh Fasilitator.
2) Observasi dilakukan secara berkelompok pada tempat yang berbeda
3) Observasi dilakukan untuk memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah, dari hasil observasi ini selanjutnya merumuskan memahami manfaat tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah .
4) Kegiatan mengenal fakta ini dapat dilakukan sekaligus untuk kompetensi dasar memahami manfaat Perencanaan pascapanen tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah.
c. Merefleksikan.
Setelah peserta diklat melakukan penguasaan konsep dan mengenal fakta, selanjutnya peserta diklat melakukan refleksi bagaimana anda akan memahami manfaat Pembibitan berdasarkan konsep dan hasil observasi di lapangan.
d. Melakukananalisis dan sintesis
1) Analisis daya dukung, peserta diklat melakukan kegiatan analisis terhadap daya dukung yang tersedia di tempat praktek untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya dalam memahami peranan Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah, secara berkelompok.
2) Sintesis, peserta diklat melakukan kegiatan sintesis terhadap hasil refleksi memahami manfaat Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah, dan hasil analisis terhadap tingkat kesesuaian daya dukung, peserta diklat melakukan rekonstruksi/modifikasi terhadap hasil refleksi dalam kegiatan memahami peranan Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah
e. Menyusun dan Melaksanakan Rencana Kerja
1) Peserta diklat secara berkelompok menyusun/membuat alternatif-alternatif rencana memahami manfaat Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah, rencana kerja/proposal memuat metode persiapan yang akan dilaksanakan, kriteria keberhasilan, waktu pencapaian dan jadwal kegiatan, serta pembagian tugas kelompok.
2) Pengambilan keputusan/menetapkan rencana kerja secara berkelompok peserta diklat mengambil keputusan/menetapkan alternatif rencana memahami manfaat Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung dan persyaratan teknis dalam memahami manfaat tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah Sesuai Persyaratan Teknis. Apabila ada kesulitan peserta dapat mendiskusikan dengan fasilitator.
3) Penetapan peran masing-masing individu dalam kelompok. Kelompok menyusun pembagian tugas dan menentukan peran setiap anggota masyarakat.
4) Proses pengamatan dan pencatatan, peserta diklat melakukan pengamatan dan pencacatan data kegiatan peranan lingkup Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah yang dilaksanakan.
5) Lembar pengamatan disiapkan peserta diklat setelah mendapat persetujuan fasilitator.
6) Evaluasi dan diskusi terhadap hasil kegiatan. Peserta diklat melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaian standar kerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan
7) Peserta diklat melakukan diskusi terhadap hasil kegiatan dan hasilnya dibandingkan dengan rancangan kerja dan konsep-konsep yang telah dirumuskan sebelumnya.
8) Proses penyusunan kesimpulan dan memberikan umpan balik. Peserta secara berkelompok menyusun umpan balik / rekomendasi terhadap metode peranan Pembibitan tanaman (Perkebunan Tahunan, Semusim dan Atsiri) dan Tanaman Penutup Tanah. Perumusan umpan balik ini juga harus mempertimbangkan dasar teori, fakta dan kondisi hasil kerja.
5. Latihan/Kasus/Tugas
Tugas :
Buatlah Rincian tugas kegiatan dalam melakukan program perencanaan pasca panen sesuai dengan komoditas, tugas tersebut disusun dengan menggunakan matrix kebutuhan.
Tugas ini dilakukan oleh kelompok dan dilaksanakan dilapangan atau perusahaan untukmengetahui data yang akan dijadikan sebagai bahan laporan.
6. Rangkuman
Merencanakan alokasi waktu panen
Cakupan teknologi pascapanen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yaitu pertama: penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan/transformasi produk hanya terjadi secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini. Kedua: penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu proses pengolahan.
Masalah Penanganan Pascapanen Perkebunan
kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negerikesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pascapanen maupun informasi teknologi penanganan pascapanen itu sendiri, rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, misalnya tentang susut pascapanen sehingga berakibat kurangnya perhatian terhadap masalah mutu, belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat, masih kecilnya margin yang diperoleh untuk menutupi biaya operasi penanganan pascapanen, dan keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar